Sunday, 17 March 2013

PEMULIAAN TERNAK (2)



"population genetics"

Beberapa prinsip yg harus dipahami :

1. Tujuan utama teori population genetics adalah untuk melestarikan karakter/sifat-sifat unggul dari indukan (untuk mudahnya kita pake saja istilah "geno-type") , bukan mempertahankan ciri-ciri fisik (feno-type). Dgn kata lain, tujuan teori ini adlh menciptakan ‘super ‘breeder’.

2. Inbreeding pada prinsipnya adalah upaya menggabungkan sifat-sifat/ karakter 2 individu yang berbeda, baik karakter yang positif maupun negatif. (Ingat, tidak ada ayam yg sempurna). Oleh karenanya rumus inbreeding adalah "the best vs the best". Mr. Breemen memakai istilah super breeder vs super breeder. Yang kedua, super breeder harus mempunyai karakteristik yg dapat mendukung "khayalan" kualitas ayam yg ingin dihasilkan dari ternak kita. Misalnya kalau kita menghayalkan bahwa hasil ternakan kita harus teknik bagus, maka cari indukan yg teknik bagus. Kalau sekarang belum memiliki atau belum mampu memiliki indukan yg "ideal", menurut saya tidak perlu khawatir karena kualitas indukan dapat diperbaiki melalui cross-breeding.
Mungkin ada yg bertanya, kalau kita sudah punya "super breeder" kenapa tidak itu saja diternak dan nggak perlu repot-repot pake teori population genetics??
jawab : Kalau tujuan kita ternak hanya jangka pendek memang teori population genetics tidak perlu, tapi seperti dijelaskan sebelumnya, tujuan kita adalah jangka panjang. Perlu diingat bahwa super breeder yg kita punya suatu saat akan mati, mandul, atau sakit. Kalau ini terjadi maka kita kehilangan modal. Itu sebabnya banyak peternak besar yg gagal mempertahankan standard kualitasnya dan terus menurun. Dan banyak ayam2 juara yg terputus generasinya..

3. Cross-breeding yg pertama adalah pada saat awal memulai ternak dimana indukan berasal dari dua darah (strain) yg berbeda sedangkan cross-breeding yg kedua dilakukan dengan dua tujuan, yaitu apabila kita ingin memproduksi petarung dan untuk memperbaiki kualitas darah yg sudah ada (menambahkan elemen baru atau "additive characteristics" yg sudah ada).

4. Aplikasi teori population genetics menuntut adanya sistem seleksi yg ekstra ketat. Beberapa waktu yg lalu ada pendapat yg mengatakan untuk bisa memakai sistem inbreeding, maka kita harus menjadi ahli "membunuh". Istilah ini sebenarnya hanya untuk memberikan tekanan bahwa anakan yg akan melanjutkan generasi indukan harus diseleksi secara ketat. Pilihlah anak betina yg mirip bapaknya dan anak jantan yg mirip ibunya. Yang perlu dipahami, pengertian "mirip" disini bukan mirip secara fisik, tapi yg lebih penting adalah karakternya (tetapi kalau secara fisik juga mirip ya tidak apa-apa). Di sini lagi-lagi diperlukan "feeling" dan keahlian dalam melakukan seleksi. Agar kita bisa melakukan seleksi, misalnya untuk mengambil 1 pasang pada setiap generasi kita tetaskan 3 X, lalu dari situ dilakukan seleksi untuk menentukan 1 pasang yg akan melanjutkan karakter moyangnya (ancestors). Semakin banyak pilihan yg akan diseleksi, akan semakin bagus.

5. Hasil inbreeding selalu ditandai dengan ciri-ciri kehilangan vitalitas (ayam hasil inbreeding menunjukkan gejala penurunan vitalitas). Prof. Anker bahkan menegaskan bahwa semakin besar hilangnya vitalitas pada ayam hasil in-breeding berarti effek dari inbreeding itu lebih bagus

Ayam hasil inbreeding tidak cocok untuk tarung, tapi hanya cocok untuk menjadi indukan (orang eropa biasanya beli burung bukan untuk dimainkan tapi untuk breeding). Turunanya nanti yang dimainkan.
Vitalitas yang hilang itu akan didapatkan kembali apabila hasil inbreeding di-cross dengan ayam lain. Inbreeding dimaksudkan untuk membangun sifat-sifat yang akan selalu diturunkan kepada turunannya (offspring), sedangkan cross-breeding untuk menambah sifat-sifat/ karakter yang sudah ada seperti menambah vitalitas, karakter dan kekuatan.
Dengan in-breeding kita bisa memperbaiki kualitas yang jelek. In-breeding adalah pengurangan variasi atau keragaman. Semakin banyak/sering suatu darah tertentu (strain) dilakukan in-breed maka turunannya akan mirip satu sama lain.
Menjodohkan bapak dan anaknya yg cewek atau ibu dengan anaknya yg cowok lebih efektif hasilnya dari pada menjodohkan kakak dengan adiknya (meskipun sama-sama in-breeding tapi sepertinya dampaknya berbeda).

semoga bermanfaat
salam hobi tanpa judi






sumber : mas Ari administrator Papajiforum













Saturday, 16 March 2013

PEMULIAAN TERNAK (1)



TEKNIK BETERNAK YANG SISTEMATIS ( rekayasa genetik )


Kenapa ternak kita hasilnya acak-acakan ?

Salah satu penyebabnya mungkin krn indukan kita geno-typenya  ( sifat - sifat unggul ) tidak seragam alias acak-acakan. Itulah sebabnya diperlukan ternak dgn "rekayasa genetik" untuk menyeragamkan geno-type melalui proses ternak yg lebih terpadu, tersistematis atau terpola dengan baik. Bukan sekedar ayam menangan saja.

Kebanyakan peternak di Indonesia sangat fanatik dgn trah juara. Juara VS Juara, tapi anakannya tidak ada yg juara… Ini menimbulkan pertanyaan tersendiri...
Buat rekan2 sekalian, ini ada sedikit artikel mengenai teknik2 breeding (beternak) dgn cara yg lebih sistematis sehingga bisa juga disebut sebagai ‘Rekayasa Genetika’.

ada baiknya kita mengenal dulu beberapa kosa kata yg ada dalam artikel ini agar tdk terjadi salah penafsiran.

Inbreed :
Perkawinan antara dua individu yg memiliki hubungan darah sangat dekat. Yaitu : Ibu dgn anak, bapak dgn anak dan anak vs anak.

Line breed :
Perkawinan dua individu yg memiliki hubungan darah tidak terlalu jauh. Contoh : Kakek vs cucu, paman vs keponakan, dll.

Cross breed :
Perkawinan antara 2 individu yg tidak memiliki hubungan darah. Atau minimal hubungan darahnya terlalu jauh.

Super breed :
Individu yang selalu mampu menurunkan sifat2 terbaik pada keturunannya.

Super fight :
Individu yang diproyeksikan khusus untuk lomba/tarung.


Artikel ini ditulis oleh Steven van Breemen, sesuai dgn pengalamannya beternak merpati pos di Eropa sana. Dituangkan dalam buku berjudul Mini Course The Art of Breeding.
Meskipun hewan yg digunakan adalah merpati, tapi saya rasa bisa diterapkan pada Ayam. Mengingat kedua spesies ini banyak memiliki kesamaan.

Steven Van Breemen mengembangkan sebuah metode ternak yang disebut : "population genetics".
Tujuan metode ini adalah membangun suatu populasi yang ada dalam kandang dengan ciri-ciri genetika yang kurang lebih sama (homogen). Misalnya, kalau kita punya 50 ayam di kandang, maka semuanya mempunyai ciri kualitas karakter yang relatif sama (tentu tidak 100 % sama, tapi kalaupun berbeda tidak terlalu jauh). Dari kesamaan karakter ini, kita akan mampu memunculkan hasil ternak yang selalu stabil mutunya. Artinya, kita bisa mendapatkan stok super breeder unggulan yang pada akhirnya mampu memunculkan super fight.

Metode ini merupakan pengembangan dari teori Gregory Mendel yg dimodifikasi. Aplikasinya dengan menggunakan prinsip Cross Breed, Inbreed dan Line breed secara sistematis dan tercatat dgn detail.

Teori population genetics hanya cocok diterapkan oleh breeder ( Peternak ) yang serius, konsisten dan mempunyai visi jauh ke depan. Jadi harus diawali dengan suatu angan-angan tentang kualitas ayam yg nantinya ingin kita hasilkan.

Berikut penerapannya di lapangan :

Tahapan ternak berdasar teori ini :
1. Cross breed I -----> 2. inbreed -----> 3. line breed -----> 4. cross breed II


1. Cross breed I
Sebelum mulai ternak, kita harus berkhayal dulu. Berkhayal tentang seperti apa typical karakter ayam terbaik yang kita idam2kan. Bukan sekedar ikut2an hanya melihat ayam juara yang ada. Ayam juara belum tentu sempurna. Maka khayalan kita harus jauh lebih bagus dari sekedar juara. Agak idealis kelihatannya, tapi inilah cita cita yang harus dicapai, bagaimanapun sulitnya.

Untuk cross breed I, carilah pasangan indukan sesuai dgn kriteria khayalan kita tsb. Memakai ayam juara lebih dianjurkan. Tapi jangan asal comot!!!. Ayam juara banyak ragam typikal kerjanya. Misalkan ingin punya ayam dgn pukul keras, maka carilah ayam juara yg tipikal kerjanya pukul keras. Kemudian cari juga pasangan betinanya yg keturunan ayam pukul keras.
Hasil dari cross breed 1 ini diharapkan muncul ayam2 dgn karakter pukul keras secara merata pada anakannya.

Cross breed 1 ini dianggap tahap yg paling penting utk pondasi tahapan breeding berikutnya. Hasil anakan 75% harus rata karakternya. Ini untuk menghindari resiko besar pada tahapan breeding selanjutnya (inbreed), dan menghindari set back yg bisa membuang waktu percuma.


2. Inbreed :
Tujuan inbreed adlh mencetak breeder (parental stock) yg menyatukan sifat2 positif yg dimiliki agar lebih kuat daya turun ke anaknya (dominan).
Hasil inilah yg disebut 'investasi', modal dasar dan aset ternakan kita yg sangat berharga. Anakan hasil inbreed, biasanya tidak memiliki ‘vitalitas’. Yaitu rentan terhadap penyakit, dan fisik/staminanya loyo. Ini tidak menjadi masalah, karena tujuan utamanya adalah untuk parental stock, bukan untuk dijadikan fighter. Sukur2 kalo ternyata hasilnya bisa jadi petarung. Pada akhirnya, kurangnya vitalitas ini dapat diperbaiki melalui tahapan berikutnya.


3. Line breed :
Setelah dapat 'modal' dari inbreed, diperkuat lagi dgn line breed. Bila dipasangkan (misalnya) dgn paman yg punya pukul keras, hasilnya sudah bisa dipastikan : ayam dgn karakter pukul sempurna yg sangat dominan. Mungkin inilah yg dimaksud oleh Steven sebagai 'super breed'. Yaitu ayam yg memiliki daya turun breeding yg kuat thdp anak2nya.


4. Cross breed 2 :
Super breed ini boleh dicoba utk disilang dgn ayam dari trah lain (cross breed ke 2). Tujuannya utk menambah daya vitalitas dan menyempurnakan karakter. Kalau di cross dgn ayam lain yg pukul keras, hasilnya pasti ayam dgn pukulan sempurna. Kalau di cross dgn ayam yg sifatnya agak berbeda, -teknik bagus misalnya- maka pukul kerasnya tidak akan hilang. Justru kita berharap ayam dgn tipikal pukul keras dan teknik bagus. Inilah yang dimaksud Mr. Steven sebagai ‘Super fighter’.












Thursday, 14 March 2013

TIPS MENCARI BABON & PACEK



Tips mencari babon & pacek untuk ternakan jangka panjang

Sedikit masukan :
Untuk ternak, hal pertama yg harus diperhatikan sejak awal adalah memilih babon. Bukan karena babon dianggap lebih 'dominan' tapi karena alasan mencari babon yg bagus sangat sulit.
Jadi harus dicari sejak awal karena pasti akan butuh waktu.

Jangan pernah beranggapan bahwa pacek nurunin pukulan, babon nurunin solah, tulangan, dsb.
Semua tergantung mana gen yg dominan. Tidak bisa digeneralisir.
Ketika ada kasus betina yg menurunkan solah pada anak2nya, ini hanya satu contoh kasus. Belum tentu semua betina seperti itu.  Demikian juga dengan pacek.

Jadi,  Jangan ambil resiko, apalagi hanya berdasar ''kata orang'' yg belum terbukti kebenarannya.

Jago ajib x babon ajib belum tentu menghasilkan anakan yg bagus.
Kenapa? Krn keduanya tidak cocok.
Kenapa tidak cocok? Krn keduanya berlainan tipe karakternya.

Tips nyari babon :
- Jangan beli babon dari pedagang (cuma jual beli). Tapi belilah babon dari peternak.
- Jangan berharap mendapat babon unggulan dari kandang peternak (yg sudah terbukti menghasilkan anakan bagus). Babon unggulan pasti dilepas dgn harga selangit alias 'harga ngusir'.
- Saran sy, lebih baik ambil anaknya dgn cara : melihat terlebih dahulu kualitas sodara2 jantannya. Apakah hampir merata? Apakah pola tarungnya sesuai dgn selera kita?
Kalau sodara2 jantannya rata2 bagus dan sesuai selera, silakan ambil sodara betinanya.
Dgn cara ini, kita mendapatkan babon dgn harga yg jauh lebih murah dan bisa jadi lebih bagus dari ibunya.

Tips cari pacek :
- Jangan 'silau' dgn rekor kemenangannya. Ayam yg sudah menang belasan kali harganya pasti mahal tapi belum tentu cocok buat pacek.
- Pilih calon pacek dilihat dari pola tarungnya. Apakah sesuai dgn kriteria yg kita inginkan? Dan yg utama, harus harmonis dgn pola tarung sodara2 jantan si babon diatas.
- Pastikan dari keturunan yg jelas asal usulnya.
- Usia pacek yg masih relatif muda tidak jadi masalah. Sebaliknya, beli pacek yg terlalu tua (pensiun) tidak bisa dilihat gaya tarung aslinya krn sudah dimakan usia. Selain itu, usia produktifnya juga sudah semakin singkat.
Pacek yg terlalu tua juga sulit utk dijual kembali.

Ayam bagus itu banyak ragam tipenya. Pintar2lah pilih pacek dan babon yg sesuai.
Jangan asal bagus saja.

salam hobi tanpa judi.






sumber : Mas Ari Administrator Papaji


Thursday, 7 February 2013

KANDANG

                                     klawu (Laku), usia -/+ 1 thn, baru selesai mabung pertama
                                                         tipe kontrol, pukul keras akurat
                                                          ukuran 7 - 7,5 ( menurut saya )